Senin, 09 April 2012

Korban: Kapolri, Tangkap Penyiram Air Keras

Aturan demo sampai jam 18.00 harus ditegakkan. "Saat gelap, tak jelas mana kawan & lawan.

Senin, 2 April 2012, 08:30 WIB
Elin Yunita Kristanti
Luka yang dialami wartawan ANTV Hartono mulai mengelupas. Perihnya bukan main. (istimewa)
BERITA TERKAIT
VIVAnews -- Tren baru para demonstran terungkap dalam aksi menentang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di muka Gedung DPR RI, Jumat 30 Maret 2012 malam: menyiram air keras. Ini tentu saja kabar buruk, bagi aparat keamanan, juga para jurnalis yang bertugas mengabarkan peristiwa para masyarakat.

Selain sejumlah polisi, setidaknya tiga wartawan terkena siraman cairan lengket yang membuat kulit melepuh dan gosong seperti kena luka bakar.

Salah satu korban, wartawan ANTV, Hartono meminta kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. "Saya minta Kapolri mengusut tuntas. Sebab, diduga itu modus baru yang digunakan pendemo, semua jurnalis yang berada di lapangan terancam," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Senin 2 April 2012. "Masih syukur, saya dan teman-teman tak kena di bagian mata."

Hingga saat ini, dia menceritakan, luka di wajah dan lehernya belum juga sembuh. Luka yang mulai mengelupas minta ampun perihnya.

Hartono menambahkan, Minggu malam ia sempat bertemu Ananto Handoyo, kamerawan Jak TV yang juga jadi korban. "Luka Ananto lebih parah dari saya karena nggak pakai topi, kepalanya terkena, rambutnya rontok," kata dia. Dahi Ananto juga terluka akibat cairan yang diduga kimia berbahaya. Nyaris mengenai mata.

Beruntung, malam itu, Hartono mengenakan topi, yang juga mengeras dan kaku akibat terkena cairan.

Selain penindakan tegas, Hartono juga meminta aturan batasan waktu demonstrasi sampai pukul 18.00 ditegakkan. "Ketika melewati gelap, sudah tak jelas mana kawan, mana lawan. Ketika ada aksi anarkis, kami tak bisa membacanya," kata dia.

Apalagi, dia menambahkan, saat kejadian, lampu di depan Gedung DPR dimatikan. Suasana kacau, orang-orang berlarian, para wartawan terjepit di antara demonstran dan aparat. "Kalau demonstrasi dilakukan siang hari, kami bisa mengetahui jika ada potensi bahaya," kata Hartono.

Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, hingga saat ini masih mencari siapa demonstran yang menggunakan cairan berbahaya ketika melakukan aksi unjuk rasa itu.

Ia juga mengatakan, kalau penggunaan cairan kimia adalah modus baru yang digunakan oleh massa ketika sedang melakukan aksi unjuk rasa. "Ini tren baru, akan kami cari siapa yang menggunakan cairan berbahaya ini," ujar Rikwanto.