Senin, 02 April 2012

Demo Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM Ricuh

2 Perwira Bersimbah Darah

MEDAN-Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 April mendatang langsung direspon keras oleh mahasiswa di Medan. Kemarin, unjuk rasa menentang kebijakan pemerintah itu berakhir ricuh. Dua perwira kepolisian terluka dan bersimbah darah.
Kenaikan BBM yang menyebabkan harga-harga melambung adalah alasan mahasiswa untuk bersuara. “Sederhana saja, BBM belum naik tapi harga berbagai kebutuhan sudah melonjak semakin mahal. Bila sudah naik, maka biaya pendidikan semakin mahal. Akibatnya kenaikan harga itu memiskinkan masyarakat kebanyakan,” ujar Darman, seorang mahasiswa saat orasi di depan Gedung DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol, kemarin.
Setelah Darman orasi, secara bergiliran mahasiswa dari Forum Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) cabang Medan, HMI Fisip USU, Formadas, Gema-Prodem, PEMA Fisip USU, Pema USU, Famud, Barmas UMSU, BarsDem, KDAS, KAM ITM, Komentar, KAM Unimed, Pema Farmasi USU. Selanjutnya, BEM Hukum UMSU, BEM Ekonomi UMSU, BEM Teknik UMSU, Himpunan Mahasiswa Mesin UMSU, dan BEM Fisip UMSU.
Setelah itu, ada empat perwakilan mahasiswa yang dibolehkan masuk ke Gedung DPRD Sumut untuk menemui wakil rakyat agar menyambut aspirasinya dan langsung menyampaikan pernyataan sikapnya ke Presiden RI, DPR RI, serta Mabes Polri. Ketika itu, mahasiswa menemui politik PKS yang juga wakil Ketua DPRD Sumut, Sigit Pramono Asri.
Ternyata, proses pengiriman pernyataan sikap berlarut hingga satu jam lamanya. Mahasiswa yang mulai tak sabar mulai marah dengan menumbangkan pintu gerbang DPRD Sumut. Akibatnya, ada seorang polisi berpakaian lengkap sempat terjatuh. Kemudian, seorang polisi juga sempat terinjak-injak ketika mahasiswa dan polisi saling adu pukul. Tak hanya itu, secara tiba-tiba saat mahasiswa berkerumun, ada lemparan batu dan helm dari arah belakang mahasiswa.
Saat itulah diketahui Kapolsek Medan Baru, Kompol Dony Alexander, dipukul mahasiswa dengan menggunakan bambu bendera pergerakan mahasiswa. Akibatnya lengan kanan sang Kapolsek terluka. Sedangkan Kasat Sabhara Polresta Medan, Kompol Benny K Saragih tiba-tiba terjatuh setelah dahi sebelah kirinya terluka kena lemparan batu. Benny langsung diboyong ajudannya ke ruang lobi DPRD Sumut. Sementara, Doni tetap mengamankan aksi kerusuhan tersebut.
Polisi dan Mahasiswa Kejar-kejaran
Aksi pukul-pukulan dan lemparan batu tak terelakkan. Padahal, polisi sudah menyemprotkan water canon ke arah massa mahasiswa. Mahasiswa berlarian ke Paladium Plaza, Hotel Santika, dan ada yang sampai ke belakang PN Medan. Bukan itu saja, mahasiswa juga banyak yang sembunyi menyaru sebagai pembeli di satu tempat makan di Palladium Plaza.
Polisi langsung mengejar dan mengamankan mahasiswa. Dalam pengamanan mahasiswa itu, polisi mengejarnya hingga ke Palladium Plaza. Aksi itu membuat pengunjung plaza ketakutan. Tak jarang polisi dan mahasiswa harus terlibat aksi saling pukul. Alhasil, ada sebanyak 37 mahasiswa dan sekitar 50-an unit sepeda motor diamankan ke Polresta Medan.
Aksi anarkis yang berlangsung sekitar 1 jam itu, akhirnya reda setelah 37 mahasiswa diamankan. Setelah reda, anggota DPRD, Sigit Pramono Asri yang ditemui Sumut Pos mengatakan, ada empat perwakilan mahasiswa menemuinya, ketika itu mahasiswa meminta pernyataan sikapnya yang berjumlah lima halaman dikirimkan ke Presiden RI, DPR RI dan Mabes Polri. Dalam proses pengirimannya, ke DPR RI dan Mabes Polri sudah bisa masuk. Namun, saat dikirimkan ke Presiden RI tak bisa masuk hasil tetap ditolak.
“Inilah yang membuat keterlambatan, saya maklum karena di seluruh Indonesia saat ini sedang terjadi penolakan kenaikan harga BBM,” sebutnya. “Akhirnya, saya dan mahasiswa sepakat untuk pernyataan sikap ke Presiden RI dikirimkan oleh sekretariat DPRD Sumut,” tambahnya.
Sementara itu, Kapolresta Medan, Kombes Pol Monang Situmorang enggan memberikan komentarnya terkait persoalan ini. Dirinya hanya menyatakan, persoalan ini akan diselesaikan di kantor Polresta Medan. “Saya jamin tak ada mahasiswa yang dipukul, semuanya hanya diproses saja,” katanya.
Menyadari rekan-rekannya ditahan, puluhan mahasiswa langsung mendatangi Polresta Medan. Massa menilai polisi terlalu arogan dalam mengamankan aksi demo. “Kebebasan untuk menyuarakan aspirasi itu wajar, jangan terlalu arogan untuk melakukan pengamanan,” ungkap Rahmat, seorang mahasiswa saat berorasi di depan Malporesta Medan. “Kami meminta untuk segera dilepaskan kawan-kawan kami,” tambahnya.
Setelah itu Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol M Yoris Marzuki menjumpai massa aksi di depan Malporesta Medan. Dia mengatakan jangan buat kemacetan dan segera membubarkan diri. “Jangan buat ribut, kalau tidak tenang saya persulit teman-teman kalian keluar,” ungkap Yoris dengan singkat di hadapan para pendemo.
Sementara itu, Muslim Musi, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Medan di Malporesta Medan mengatakan pihaknya akan membantu dan memback up proses hukum terhadap mahasiswa. “Kita ikuti proses hukum dulu, saya bersama LBH kota Medan akan secepatnya mengeluarkan mahasiswa yang diamankan ini,” ujar Muis usai menjumpai mahasiswa yang diamankan ini.
Kapolda Sumut Irjen Pol Wisnu AS membenarkan ada 37 mahasiswa yang diamankan di Polresta Medan. “Kita tidak melarang mahasiswa melakukan demo, silahkan saja. Saya pun merasa bangga bahwa teman-teman dari mahasiswa menunjukkan kepedulian sosialnya. Tapi kita tidak menginginkan tindakan anarkis seperti ini,” terang Kapoldasu. (gus/ril/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar