Demo Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM Ricuh
2 Perwira Bersimbah Darah
MEDAN-Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 April mendatang
langsung direspon keras oleh mahasiswa di Medan. Kemarin, unjuk rasa
menentang kebijakan pemerintah itu berakhir ricuh. Dua perwira
kepolisian terluka dan bersimbah darah.
Kenaikan BBM yang menyebabkan harga-harga melambung adalah alasan
mahasiswa untuk bersuara. “Sederhana saja, BBM belum naik tapi harga
berbagai kebutuhan sudah melonjak semakin mahal. Bila sudah naik, maka
biaya pendidikan semakin mahal. Akibatnya kenaikan harga itu memiskinkan
masyarakat kebanyakan,” ujar Darman, seorang mahasiswa saat orasi di
depan Gedung DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol, kemarin.
Setelah Darman orasi, secara bergiliran mahasiswa dari Forum
Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) cabang
Medan, HMI Fisip USU, Formadas, Gema-Prodem, PEMA Fisip USU, Pema USU,
Famud, Barmas UMSU, BarsDem, KDAS, KAM ITM, Komentar, KAM Unimed, Pema
Farmasi USU. Selanjutnya, BEM Hukum UMSU, BEM Ekonomi UMSU, BEM Teknik
UMSU, Himpunan Mahasiswa Mesin UMSU, dan BEM Fisip UMSU.
Setelah itu, ada empat perwakilan mahasiswa yang dibolehkan masuk ke
Gedung DPRD Sumut untuk menemui wakil rakyat agar menyambut aspirasinya
dan langsung menyampaikan pernyataan sikapnya ke Presiden RI, DPR RI,
serta Mabes Polri. Ketika itu, mahasiswa menemui politik PKS yang juga
wakil Ketua DPRD Sumut, Sigit Pramono Asri.
Ternyata, proses pengiriman pernyataan sikap berlarut hingga satu jam
lamanya. Mahasiswa yang mulai tak sabar mulai marah dengan menumbangkan
pintu gerbang DPRD Sumut. Akibatnya, ada seorang polisi berpakaian
lengkap sempat terjatuh. Kemudian, seorang polisi juga sempat
terinjak-injak ketika mahasiswa dan polisi saling adu pukul. Tak hanya
itu, secara tiba-tiba saat mahasiswa berkerumun, ada lemparan batu dan
helm dari arah belakang mahasiswa.
Saat itulah diketahui Kapolsek Medan Baru, Kompol Dony Alexander,
dipukul mahasiswa dengan menggunakan bambu bendera pergerakan mahasiswa.
Akibatnya lengan kanan sang Kapolsek terluka. Sedangkan Kasat Sabhara
Polresta Medan, Kompol Benny K Saragih tiba-tiba terjatuh setelah dahi
sebelah kirinya terluka kena lemparan batu. Benny langsung diboyong
ajudannya ke ruang lobi DPRD Sumut. Sementara, Doni tetap mengamankan
aksi kerusuhan tersebut.
Polisi dan Mahasiswa Kejar-kejaran
Aksi pukul-pukulan dan lemparan batu tak terelakkan. Padahal, polisi sudah menyemprotkan water canon ke arah massa mahasiswa. Mahasiswa berlarian ke Paladium Plaza, Hotel Santika, dan ada yang sampai ke belakang PN Medan. Bukan itu saja, mahasiswa juga banyak yang sembunyi menyaru sebagai pembeli di satu tempat makan di Palladium Plaza.
Aksi pukul-pukulan dan lemparan batu tak terelakkan. Padahal, polisi sudah menyemprotkan water canon ke arah massa mahasiswa. Mahasiswa berlarian ke Paladium Plaza, Hotel Santika, dan ada yang sampai ke belakang PN Medan. Bukan itu saja, mahasiswa juga banyak yang sembunyi menyaru sebagai pembeli di satu tempat makan di Palladium Plaza.
Polisi langsung mengejar dan mengamankan mahasiswa. Dalam pengamanan
mahasiswa itu, polisi mengejarnya hingga ke Palladium Plaza. Aksi itu
membuat pengunjung plaza ketakutan. Tak jarang polisi dan mahasiswa
harus terlibat aksi saling pukul. Alhasil, ada sebanyak 37 mahasiswa dan
sekitar 50-an unit sepeda motor diamankan ke Polresta Medan.
Aksi anarkis yang berlangsung sekitar 1 jam itu, akhirnya reda
setelah 37 mahasiswa diamankan. Setelah reda, anggota DPRD, Sigit
Pramono Asri yang ditemui Sumut Pos mengatakan, ada empat perwakilan
mahasiswa menemuinya, ketika itu mahasiswa meminta pernyataan sikapnya
yang berjumlah lima halaman dikirimkan ke Presiden RI, DPR RI dan Mabes
Polri. Dalam proses pengirimannya, ke DPR RI dan Mabes Polri sudah bisa
masuk. Namun, saat dikirimkan ke Presiden RI tak bisa masuk hasil tetap
ditolak.
“Inilah yang membuat keterlambatan, saya maklum karena di seluruh
Indonesia saat ini sedang terjadi penolakan kenaikan harga BBM,”
sebutnya. “Akhirnya, saya dan mahasiswa sepakat untuk pernyataan sikap
ke Presiden RI dikirimkan oleh sekretariat DPRD Sumut,” tambahnya.
Sementara itu, Kapolresta Medan, Kombes Pol Monang Situmorang enggan
memberikan komentarnya terkait persoalan ini. Dirinya hanya menyatakan,
persoalan ini akan diselesaikan di kantor Polresta Medan. “Saya jamin
tak ada mahasiswa yang dipukul, semuanya hanya diproses saja,” katanya.
Menyadari rekan-rekannya ditahan, puluhan mahasiswa langsung
mendatangi Polresta Medan. Massa menilai polisi terlalu arogan dalam
mengamankan aksi demo. “Kebebasan untuk menyuarakan aspirasi itu wajar,
jangan terlalu arogan untuk melakukan pengamanan,” ungkap Rahmat,
seorang mahasiswa saat berorasi di depan Malporesta Medan. “Kami meminta
untuk segera dilepaskan kawan-kawan kami,” tambahnya.
Setelah itu Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol M Yoris Marzuki
menjumpai massa aksi di depan Malporesta Medan. Dia mengatakan jangan
buat kemacetan dan segera membubarkan diri. “Jangan buat ribut, kalau
tidak tenang saya persulit teman-teman kalian keluar,” ungkap Yoris
dengan singkat di hadapan para pendemo.
Sementara itu, Muslim Musi, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Kota Medan di Malporesta Medan mengatakan pihaknya akan membantu
dan memback up proses hukum terhadap mahasiswa. “Kita ikuti proses hukum
dulu, saya bersama LBH kota Medan akan secepatnya mengeluarkan
mahasiswa yang diamankan ini,” ujar Muis usai menjumpai mahasiswa yang
diamankan ini.
Kapolda Sumut Irjen Pol Wisnu AS membenarkan ada 37 mahasiswa yang
diamankan di Polresta Medan. “Kita tidak melarang mahasiswa melakukan
demo, silahkan saja. Saya pun merasa bangga bahwa teman-teman dari
mahasiswa menunjukkan kepedulian sosialnya. Tapi kita tidak menginginkan
tindakan anarkis seperti ini,” terang Kapoldasu. (gus/ril/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar